Ketika tubuh seorang cinta telah terkulai

Cerita ini adalah sebuah cerita nyata dari seorang tetangga dimana mereka adalah pasangan suami istri yang telah hidup bersama selama puluhan tahun. Usia telah semakin senja, anak dan cucu telah terlahir dan pergi dari rumah milik mereka, pergi bersama belahan hatinya masing-masing. Ketika beranjak tua kita mulai bertanya, siapa orang yang akan menjaga kita ketika kita tua nanti. Pasangan ini sudah menjawab dengan kehidupannya yang hingga umur 80an tahun telah hidup bersama dan saling menjaga satu sama lain. Cerita ini agak klise, dimana kita sedang membicarakan tema cinta yang sering kita temukan dilayar kaca. Tapi ini nyata dan aku melihatnya sendiri.
Saat itu aku tengah bersantai dirumah, entah aku lupa sedang melakukan apa. Aku hanya ingat bahwa aku sedang ada dirumahku ketika ada tetangga yang datang mengabarkan bahwa Mbah Parto masuk rumah sakit dan ayahku diminta untuk datang membacakan surat yasin pada sorenya. Tujuannya mungkin untuk kesembuhan simbah itu,mungkin!? Aku mengiyakan dan akan kusampaikan pada ayahku ketika beliau pulang nanti. Informasi yang membingungkan! Ketika ada sms masuk dan aku lihat bahwa ada kabar simbah itu sudah meregang nyawa di rumah sakit dan kami para pemuda diminta untuk mempersiapkan rumah duka untuk prosesi pemakaman.
Saat itu aku masih santai dirumah dan masih sempat mengirim sms lelayu kepada semua teman-teman pemuda dan masih sempat sholat ashar. Datang kerumah duka, aku menemukan suasana “hitam putih” dimana suasana yang ada adlah suasana kesedihan dan mungkin panik. Sedih atas nyawa seorang wanita tua yang diambil oleh Tuhannya. Kepanikan yang terjadi ini pun terjadi atas akibat kesedihan yang mendalam atas kehilangan pasangan hati yang selama ini telah memberikan semuanya pada sang suami. Sebuah dedikasi seorang istri yang sampai “waktunya kembali”,ia tetap menjadi salah satu orang penting dalam hidup suaminya.
Ya, istrinya telah tiada...Mbah parto sang suami saat itu seolah bukan dirinya, matanya terbelalak dan nafasnya tersengal-sengal, seolah ingin teriak memberontak dari genggaman kerabat-kerabatnya. Aku yakin ia sangat sedih, aku yakin ia sangat bingung dan aku yakin ia sangat kehilangan...entah apakah ia mendengarku atau tidak, tapi kami mencoba untuk menenangkannya meski masih tak berhasil. Agaknya usaha kami jauh dari cukup untuk menandingi rasa kehilangan itu, rasa cinta itu...saat itu aku yaki sedang melihat seorang laki-laki tua yang sangat kuat fisiknya namun terlihat rapuh didalam hatinya, ia pergi. Ia telah lebih dulu sampai pada ujung hidupnya.
Ketika aku menulis,aku trenyuh dengan cerita ini. Pasti sulit melepas seorang kekasih yang telah setia menyediakan minuman hangat tiap pagi, yang merapikan baju jawanya saat ia hendak pergi ke sawah, yang meski tak pernah bilang “cinta atau sayang” tapi memberikan pengabdian luar biasapada sang suami dan pasti sulit melepas wanita yang telah berbagi senyuman saat mereka berdua duduk berdampingan diatas dipan tua sambil melihat anak cucunya tumbuh dan berkembang. Laki-laki tua itu pasti kehilangan moment-moment itu...
Lelaki tua, cukupkan tangismu
Ia telah cukup menjadi pendampingmu
Ia telah cukup berbagi air mata denganmu
Dan ia telah cukup memberi segala yang ia punya untukmu.
Biarkan ia pergi, jangan kau bebani kepergianya dengan tangis
Relakanlah ia dengan kenangan-kenangan manis bersamanya
Relakan ia dengan suara-suara kecil yang berasal dari rahimnya
Dan relakan ia dengan rasa cinta dan doa..
Lelaki tua,cukupkan air matamu...untuknya.

By NiceTrueStory
Btw jangan lupa di comment yak
Cek FBku juga

Senin, 16 Agustus 2010 , 0 komentar

0 komentar:

Posting Komentar

Category

Pages

Archives

Friends

© Askum Teman All Rights Reserved.

Blogger by Best blogger template.Wordpress by WP corner